Kamis, 18 Agustus 2011

Penjual Kue Semprong

..:: Penjual Kue Semprong ::..
 
Semalam saya keluar dari Ranch Market jam 8.30. Hujan deras. Petugas Ranch Market setengah berlari mendorong trolly berisi barang-barang belanjaan saya. Saya juga berlari-lari kecil menjajari langkahnya menuju mobil. Saya membukakan bagasi dan petugas memindahkan barang-barang belanjaan saya.
 
Seorang penjaja kue semprong mendekati kami. Memang setahu saya banyak penjaja kue semprong disana menjajakan barang dagangannya dengan sedikit memaksa.
 
Karena terlalu biasa saya tidak mengacuhkannya, apalagi di hujan deras seperti ini.
Setelah memberikan tip saya masuk mobil, namun masih saya dengar ucapan penjaja kue semprong tersebut, ‘ Bu, beli kue semprongnya untuk ongkos pulang ke Tangerang”.
 
Didalam mobil saya berpikir saya kasih uang saja karena penganan yang saya beli di supermarket sudah cukup banyak, bagaimana jika tidak ada yang menghabisnya. Nanti jatuhnya mubazir. Saya memang lebih suka dengan para penjaja kue seperti ini ketimbang pengemis. Pelajaran berharga yang pernah saya dapat dari mantan bos saya sembilan tahun lalu. Masih teringat ucapannya ketika itu kami berdiskusi di kantor.
 
“Coba kalau ada penjaja makanan atau barang dan pengemis dilampu merah mana yang kamu berikan uang?, tanyanya. Belum sampai kami menjawab, ia berkata lagi “pasti yang kamu berikan uang si pengemis itu dan penjaja makanan atau barang itu kamu acuhkan”. Secara serempak kami mengiyakan. “coba pikirkan lagi, si pengemis itu pemalas tidak bermoral, kenapa kita kasih uang, sementara si penjaja makanan ataupun barang punya harga diri, dan pastinya secara pribadi lebih baik dari si pengemis, lalu kenapa kita tidak membeli barang dagangan si penjaja makanan atau barang tersebut? Teman saya nyeletuk,” karena kita ngga butuh”. Mantan bos saya bergumam, “Ya betul karena kita tidak butuh”.
 
Obrolan itu begitu singkat, tapi begitu mengena di hati saya. Pak Teddy Sutiman membuka mata hati saya untuk lebih bijaksana dalam melihat suatu persoalan, bukan hanya berpikir praktis saja. Dan sejak itu saya lebih memberi perhatian kepada para penjaja makanan atau barang di jalanan dibandingkan para pengemis.
 
Penjaja jual kue semprong itu masih dengan setia menanti disisi mobil saya. Saya menghela nafas.
Bukan karena tidak rela berbagi rejeki tapi karena menyesali banyak sekali penganan yang sudah saya beli tadi. Akhirnya saya membuka kaca, ” Pak, saya tidak mau beli kue semprongnya, tapi kalau bapak saya beri uang mau tidak?”. Tidak dinyana penjaja kue semprong itu menggelengkan kepalanya dan pergi dengan cepatnya dari sisi mobil saya. Saya tersentak dan menutup kaca jendela, hujan mengguyur deras dan membanjiri sisi kaca dalam mobil saya karena berbicara dengan si penjaja kue semprong.
 
Beberapa detik saya kehilangan daya ingat saya, karena tidak menyangka ucapan yang keluar dari penjaja kue semprong tadi. Sembilan tahun saya telah lebih memberi perhatian kepada para penjaja makanan ataupun barang dibanding pengemis. Sesekali jika saya tidak butuh barang mereka, selalu saya ucapkan kalimat tadi, dan hampir semuanya tidak pernah menolak pemberian saya. Baru kali ini ada yang menolaknya. Baru kali ini …
 
Hujan mengguyur makin deras dan saya masih terpaku di mobil, terbayang ucapannya ” untuk ongkos pulang ke Tangerang..” sementara total nilai belanjaan saya tadi mungkin bisa untuk ongkos pulang Bapak penjaja kue semprong selama tiga bulan.
Tersentak saya mencari-cari bayangan penjaja kue semprong ditengah kabut dari derasnya hujan, terlihat pikulannya ada di pinggir teras sebuah toko tutup.
 
Hujan masih deras mengguyur kaca mobil. Mudah-mudahan hujan cepat reda supaya bapak penjaja kue semprong tadi bisa pulang tanpa kehujanan.
 
Penjajanya duduk dibawah dengan muka pasrah. Saya mundurkan mobil menuju kearahnya. Kembali saya buka kaca jendela sebelah kiri ditengah guyuran hujan dan menjerit,’ Pak, memang harganya berapa ?”. Ia menyebutkan sejumlah harga yang sangat murah. Akhirnya saya katakan,” ya sudah deh beli satu”. Dia membawa kue semprong pesanan saya didalam plastik. Sampai di mobil,” saya serahkan uang, dan dia bengong karena saya tidak menyerahkan uang pas. Saya tau dia pasti bingung memikirkan kembaliannya, tapi dengan cepat saya katakan, “kembaliannya ambil buat Bapak saja”. Dia bengong. “ambil saja Pak, ini rejeki Bapak, memang hak Bapak”. Dia meneguk ludah, sebelum sempat dia mengucapkan apa-apa saya langsung menutup kaca mobil dan pergi.
 
Tiba-tiba air mata ini mengalir deras melebihi derasnya hujan diluar sana.
 
Kalau Bapak itu tidak menerimanya, saya tidak tahu seberapa sakitnya hati saya, karena didalam rejeki saya ada hak mereka termasuk hak Bapak penjaja kue semprong itu. Tiap bulan memang selalu saya sisihkan buat mereka, tapi mengetahui bahwa saya telah memberikan betul-betul kepada orang yang berhak menerimanya, betul betul kepada orang yang berhati mulia, dan betul-betul kepada orang yang membutuhkannya, betul-betul membuat saya merasa hidup saya begitu bermakna dan saya sangat bersyukur atas rahmat-Nya.
 
Ditengah leher saya yang sakit sekali karena tercekat, saya berdoa kepada Allah agar Bapak penjaja kue semprong tersebut dan keluarganya diberikan rahmat, kemurahan rezeki dan kemudahan hidup oleh Allah. Dan saya bersyukur atas segala rahmat dan kemudahan hidup yang diberikan Allah kepada saya dan keluarga saya.
 
Semoga Bermanfaat.

Renungan

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
 
 
Saat memandangi hari.. Semakin hening dan makin tunduk merenungi. Setiap episode yang terjadi dalam hidupku, sudah begitu banyak warna yang terlukiskan, dan begitu banyak pula noda hitam mengotorinya.
 Ini dinamakan perjuangan, dan setiap perjuangan ada pengorbanan yang harus dikerahkan dengan sungguh-sungguh. Keletihan, kelelahan... Bahkan air mata pun harus dipersembahkan. Demi Alloh, hanya untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Semoga tak ada kesia-siaan di dalamnya.
 
Dan ketika, semuanya begitu mudah mencerca.. Begitu ringan dalam menghina, dan tak santun dalam memperingatkan. Wahai diri, apa yang telah engkau lakukan... Sehingga ada pihak-pihak lain yang merasa dirugikan. Padahal, demi Allah! Tak sedikitpun aku mencampuri urusanmu. Lalu mengapa engkau terlalu sibuk dengan urusanku?!
 
Kukabarkan padamu..... Sebelum akhirnya kau yang menyesal karena terlalu repot dalam kesinisanmu terhadapku. Aku mencintaimu... Dan aku tahu bahwa setitik harap menginginkan sepertiku, muncul dalam dirimu. Lakukanlah apa yang bisa kau lakukan... Jangan terlalu masuk dalam kehidupanku. Karena pasti aku akan memberi rasa sakit yang mendalam kepadamu. Padahal tak semestinya itu terjadi, dan karena engkau saja yang terlalu meributkan hal-hal sepele yang terjadi padaku.
 
 
Letih... Menanggapi hal yang tak penting. Tugasku disini hanya berusaha, dan apa yang telah aku hasilkan saat ini sungguh adalah upah dari kerja kerasku. Dan karena Alloh-lah, semuanya bisa kulalui.....
 
Engkau dan kalian yang disana...
 
Bila diibaratkan, jangan hanya menjadi penonton bola. Engkau kegirangan ketika pemain andalanmu mampu mencetak gol, namun engkau kecewa dan marah-marah lantaran pemain andalanmu itu tak berhasil mencetak gol. Apalah arti kegiranganmu dan rasa kecewa itu, toh kau hanya PENONTON, bukan pemainnya.
 
Jangan banyak berkomentar, jangan banyak menyalahkan... Karena saat ini statusmu hanya sebagai PENONTON, penikmat dari apa yang telah disajikan oleh pemain. Maka, apa kau tak malu sama sekali... Saat kau hanya bisa banyak omong, tapi isi omonganmu itu kosong.
 
 Engkau cuma bisa menyalahkan...
 
Padahal aku tahu, rasa iri tengah membuncah saat ini di hatimu. Kau geram dengan apa yang telah dihasilkan oleh pemain, sedangkan sampai detik ini...
 
Kau hanya mampu menjadi seorang penonton.
 
 
Bagaimana bisa engkau menjadi seperti itu.....
 
Kau diam saat aku membutuhkanmu, kau tak ada disisiku saat aku terjatuh. Aku bangun sendiri, aku ditolong oleh yang lain, yang masih memiliki rasa cinta terhadapku. Dan sekarang, saat aku berpijak ditempat yang lebih tinggi darimu, kau lemparkan senyum pahitmu kepadaku. Kau kesal dengan apa yang telah aku dapatkan, padahal tak sama sekali aku merugikan dan mengganggu hidupmu.
 
 
Sedih rasanya...
 
Saat semua penonton hanya bisa menikmati hasilnya, sedangkan permain berjibaku dengan segala ujian-ujian yang mengiringinya. Pemain berusaha memberikan yang terbaik bagi penonton, tapi lihatlah penonton... Hanya bisa berujar, hanya bisa mengucap sesuatu yang sebenarnya tak terlalu dibutuhkan oleh pemain. Sebab, pada dasarnya pemain lah yang berjuang... Bukan penonton.
 
 
Sungguh tragis, bagi orang-orang yang hanya bisa menyalahkan...
 
Atau dengan dalih menasihati, namun tidak dengan bahasa dan cara yang santun. Padahal sudah jelas, bahwa statusnya hanya sebagai pemain.
  Semoga Allah mengampuni...
 
Setiap orang yang merasa sudah melakukan terbaik, kemudian menyalahkan orang lain. Sejatinya, penyakit hati tengah menderanya.
 
 
 
Berbenahlah diri.....
 
Jangan terlalu senang mencampuri. Kesibukan kita berbeda, maka sibukkanlah dirimu dengan urusanmu saja.
 Lakukan sebuah proses, niscaya kau akan menikmati hasilnya...
 Betapa berat yang diperjuangkan, betapa sulit proses yang dilalui...
 Namun janji Allah, pastilah benar...
 Bahwa siapa yang menolong agama Alloh, maka Allah akan menolongnya pula dan akan meneguhkan kedudukannya (QS Muhammad: 7)
 
 
Teman... Jangan jadi tong kosong nyaring bunyinya.
 
Malu lah... kalau ternyata sampai detik ini, kita hanya baru menjadi penonton, belum menjadi pemain.
 
Sedangkan kita sudah sok menjadi pemain. Astaghfirulloh!
 
 
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
 
Semoga aku selalu bisa membalasmu dengan kebaikan... Meski keburukan yang tengah kau lemparkan padaku :)
 
*Ditulis, ditengah kerisauan hati terhadap hati-hati lain yang tengah sakit.

Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ( QS. Alam Nasyrah:5-6 ).
 
Jika kita membaca ayat ini, mengapa kita harus takut. Sebab jika saat ini kita sedang sulit, maka esok kemudahanlah yang akan menghampiri kita. Ayat ini sungguh memberikan inspirasi bagi kita yang sedang mengalami kesulitan, ayat yang memberikan dorongan kepada kita untuk tetap bertahan, tetap semangat dalam menghadapi hidup yang penuh kesulitan.
 
Kemudahan, atau pertolongan Allah SWT, akan datang. Tenanglah! Seperti tenangnya Nabi Musa as. saat akan tersusul oleh pasukan Fir’aun, seperti diceritakan dengan indah dalam Al Quran,
Maka Fir'aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikutpengikut Musa:"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab:"Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". ( QS. Asy Syu'araa':60-62 ).
 
Jika kita meneladani Nabi Musa as., kita juga bisa mengatakan “sesungguhnya Allah bersamaku, Dia akan memberikan petunjuk kepadaku” saat kita ditimpa masalah yang seolah-olah tidak akan bisa hadapi atau selesaikan.
Jadi, janganlah bersedih dan janganlah berputus asa saat kesulitan menghimpit kita, karena dengan pertolongan Allah SWT, kemudahan akan datang kepada kita.
Jangan pernah terhimpit, karena keadaan akan berubah. Seperti sebuah lagu dari mendiang Chrisye, Badai pasti berlalu. Tunggulah kemudahan tersebut, sudah dijamin koq oleh Allah dalam Al Quran yang mustahil salah. Tentu saja sambil mengharap pertolongan Allah dengan shabar dan shalat. Hari esok adalah ghaib, kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, bisa saja esoklah datangnya kemudahan tersebut. Jadi selalu ada harapan di hari esok. Justru jika kita tidak memiliki harapan di hari esok, artinya kita sudah sok mengetahui apa
yang akan terjadi esok hari. Kita menganggap esok hari akan seperti ini saja, maka sama artinya kita mendahului ketentuan Allah SWT. Allahlah yang menentukan hari esok akan seperti apa, dan kita memang tidak diberitahu. Bisa saja besok hidup kita lebih baik. Besok, selalu ada harapan untuk kita.
Begitu juga dengan rezeki, mungkin saat ini begitu sulit karena akan ada kemudahan setelah ini. Jangan sampai kita menyerah dengan cara tidak mau mencari rezeki yang lebih besar karena takut kehilangan rezeki yang sudah ada. Ada juga yang berharap kepada orang dengan cara menjilat dan merendahkan diri dihadapan orang lain.
 
Allah sudah menyiapkan rezeki bagi kita, jadi meskipun saat ini serasa sulit, sebenarnya sudah Allah siapkan untuk kita. Kemudahan akan kita dapatkan setelah kesulitan ini.
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
(QS. Huud:6).
 
Hikmah Kesulitan
Daripada tenggelam dengan kesedihan akibat kesulitan, mengapa kita tidak berusaha mengambil hikmah dengan cara berprasangka baik kepada Allah SWT. Mungkin dengan datangnya kesulitan kepada kita, agar kita:
1. memiliki hati yang lebih kuat, sebab kesulitan menguatkan hati kita
2. sadar dengan segala kekurangan dan kesalahan sehingga kita bertaubat
dan dosa kita diampuni.
3. bebas dari rasa ‘ujub, kesulitan adalah bisa saja sebagai teguran karena
kita merasa bisa dan merasa pintar
4. tidak lalai, sudah nyata kesulitan ada dihadapan kita
5. lebih banyak mengingat Allah SWT
6. lebih bershabar, karena mungkin saja kesulitan ini adalah latihan
bershabar

Evaluasi Di Pertengahan Ramadhan

Evaluasi Di Pertengahan Ramadhan
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•* ¨*•♫♥♥♥♥♫•*¨*•. ¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥
Sahabat, apa kabarmu hari ini?

Sehat kah?

Bagaimana kabar ruhanimu?

Sahabat, tidak terasa sudah 15 hari telah kita lewati di bulan Ramadhan ini.

Ada rasa senang, bahagia, gembira, cemas, bahkan sedih.

Di antara tawaran diskon belanja, parcel lebaran yang berwarna-warni, antrian loket tiket mudik serta rasa kangen berkumpul dengan keluarga yang semakin menggebu, ada rasa cemas dan sedih di dalam hati.

Cemas memikirkan apakah ibadah Ramadhan telah dilakukan dengan optimal.

Sedih mengingat tinggal setengah perjalanan lagi Ramadhan sudah meninggalkan kita.

Apakah masih ada umur untuk bertemu dengan bulan Ramadhan tahun depan?

Bagaimana jika Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir dalam hidup kita? Wallahu alam.

Untuk itu sahabatku, ada baiknya kita mengevaluasi diri.

Apakah sudah sepenuh hati kita beribadah di bulan Ramadhan tahun ini.

Ada baiknya beberapa pertanyaan kita tujukan pada hati nurani kita dan hanya kita sendiri yang tahu jawabannya.

* Sudahkah kita menahan hawa nafsu kita, bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga semata?
Apakah sudah terasa penderitaan orang-orang yang kelaparan?
Atau masih terasa berat untuk berbagi pada saat berbuka puasa?

* Sudahkan malam Ramadhan kita isi dengan tarawih?
Atau kita masih sering meninggalkan sunnah muakad ini?

* Sudahkah kita perbanyak bacaan ayat suci Al-Qur’an?

* Sudah khatam kah?
Atau lebih banyak waktu yang terbuang daripada untuk membaca dan mengkajinya?

* Sudahkah sepertiga malam terakhir kita isi dengan qiyamul lail?
Atau untuk sahur saja kita tidak kuasa untuk bangun?

* Sudahkah kita sucikan dosa-dosa dengan taubat?
Atau malah semakin banyak dosa baru yang kita buat?
Padahal bulan Ramadhan adalah bulan pengampunan.

* Sudahkan kita sisihkan harta untuk shodaqoh?
Atau sudah tidak tersisa lagi setelah membeli baju lebaran?

* Sudahkah kita persiapkan diri untuk mendapatkan Lailatul Qodar?
Bisakah kita merasakan isyarat datangnya malam seribu bulan ini?

* Sudahkah kita berjuang sekuat tenaga melawan hawa nafsu sehingga nantinya pantas menjadi pemenang di hari yang fitri?
Ataukah merapuh semangat juang kita di tengah jalan?

* Sudahkah kita mempersiapkan ketulusan hati untuk memberi maaf di saat kita kembali fitri?

* Sudah siapkah lisan dan hati kita mengucapkan maaf untuk melebur dosa yang telah lalu?
Atau ego masih sulit untuk kita kalahkan?

* Sudahkah kita menjadi pribadi yang lebih baik di pertengahan Ramadhan ini?

Apabila masih ada yang belum bisa kita jawab, masih ada setengah perjalanan lagi meningkatkan kualitas ibadah kita.

Masih ada sepuluh malam terakhir untuk kita mohon ampunan kepada-Nya.

Masih ada kesempatan menyisihkan harta untuk berzakat di akhir bulan Ramadhan.

Semoga Allah swt memberi kekuatan dan kesabaran untuk meningkatkan amal ibadah kita, amin

Semoga Allah memanjangkan umur dan mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun depan dan semoga kelak kita mendapatkan surga Ar-Rayyan, yaitu surga untuk orang-orang yang berpuasa, Aamiin

Kisah Uang Rp 150,-

Sahabat…
Ada satu kisah yang sangat BERHARGA, diceritakan seorang trainer Kubik Leadership yang bernama Jamil Azzaini di kantor Bea dan Cukai Tipe A Bekasi sekitar akhir tahun 2005. Dalam berceramah agama, beliau menceritakan satu kisah dengan sangat APIK dan membuat air mata pendengar berurai.  Berikut ini adalah kisahnya:
Pada akhir tahun 2003, istri saya selama 11 malam tidak bisa tidur. Saya sudah berusaha membantu agar istri saya bisa tidur, dengan membelai, diusap-usap, masih susah tidur juga. Sungguh cobaan yang sangat berat. Akhirnya saya membawa istri saya ke RS Citra Insani yang kebetulan dekat dengan rumah saya. Sudah 3 hari diperiksa tapi dokter tidak menemukan penyakit istri saya. Kemudian saya pindahkan istri saya ke RS Azra, Bogor. Selama berada di RS Azra, istri saya badannya panas dan selalu kehausan sehingga setiap malam minum 3 galon air Aqua. Setelah dirawat  3 bulan  di RS Azra, penyakit istri saya belum juga diketahui penyakitnya.
 
Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke RS Harapan Mereka di Jakarta dan langsung di rawat di ruang ICU.  Satu malam berada di ruang ICU pada waktu itu senilai Rp 2,5 juta.  Badan istri saya –maaf- tidak memakai sehelai pakaian pun. Dengan ditutupi kain, badan istri saya penuh dengan kabel yang disambungkan ke monitor untuk mengetahui keadaan istri saya. Selama 3 minggu penyakit istri saya belum bisa teridentifikasi, tidak diketahui penyakit apa sebenarnya.
 
Kemudian pada minggu ke-tiga, seorang dokter yang menangani istri saya menemui saya dan bertanya, “Pak Jamil, kami minta izin kepada pak Jamil untuk mengganti obat istri bapak.”
“Dok, kenapa hari ini dokter minta izin kepada saya, padahal setiap hari saya memang gonta-ganti mencari obat untuk istri saya, lalu kenapa hari ini dokter minta izin ?”
“Ini beda pak Jamil. Obatnya lebih mahal dan obat ini nantinya disuntikkan ke istri bapak.”
“Berapa harganya dok?”
“Obat untuk satu kali suntik 12 juta pak.”
“Satu hari berapa kali suntik dok?”
“Sehari 3 kali suntik.”
“Berarti sehari 36 juta dok?”
“Iya pak Jamil.”
“Dok, 36 juta bagi saya itu besar sedangkan tabungan saya sekarang hampir habis untuk menyembuhkan istri saya. Tolong dok, periksa istri saya sekali lagi. Tolong temukan penyakit istri saya dok.”
“Pak Jamil, kami juga sudah berusaha namun kami belum menemukan penyakit istri bapak. Kami sudah mendatangkan perlengkapan dari RS Cipto dan banyak laboratorium namun penyakit istri bapak tidak ketahuan.”
“Tolong dok…., coba dokter periksa sekali lagi. Dokter yang memeriksa dan saya akan berdoa kepada Rabb saya. Tolong dok dicari”
“Pak Jamil, janji ya kalau setelah pemeriksaan ini kami tidak juga menemukan penyakit istri bapak, maka dengan terpaksa kami akan mengganti obatnya.” Kemudian dokter memeriksa lagi.
“Iya dok.”
Setelah itu saya pergi ke mushola untuk shalat dhuha dua raka’at. Selesai shalat dhuha, saya berdoa dengan menengadahkan tangan memohon kepada Allah, -setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Rasululloh,
 
“Ya Allah, ya Tuhanku….., gerangan maksiat apa yang aku lakukan. Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga engkau menguji aku dengan penyakit istriku yang tak kunjung sembuh. Ya Allah, aku sudah lelah. Tunjukkanlah kepadaku ya Allah, gerangan energi negatif apakah yang aku lakukan sehingga istriku sakit tak kunjung sembuh ? sembuhkanlah istriku ya Allah. Bagimu amat mudah menyembuhkan penyakit istriku semudah Engkau mengatur Milyaran planet di muka bumi ini ya Allah. ”
 
Kemudian secara tiba-tiba ketika saya berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa yang pernah aku lakukan? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga aku diuji dengan penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya teringat kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu, yaitu ketika saya mengambil uang ibu sebanyak Rp150,-.
 
Dulu, ketika kelas 6 SD, SPP saya menunggak 3 bulan. Pada waktu itu SPP bulanannya adalah Rp 25,-. Setiap pagi wali kelas memanggil dan menanyakan saya, “JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ?” Malu saya. Dan ketika waktu istrirahat saya pulang dari sekolah, saya menemukan ada uang Rp150,- di bawah bantal ibu saya. Saya mengambilnya. Rp75,- untuk membayar SPP dan Rp75,- saya gunakan untuk jajan.
 
Saya kemudian bertanya, kenapa ketika berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya diingatkan dengan kejadian kelas 6 SD dulu ketika saya mengambil uang ibu. Padahal saya hampir tidak lagi mengingatnya ??. Maka saya berkesimpulan mungkin ini petunjuk dari Allah. Mungkin inilah yang menyebabkan istri saya sakit tak kunjung sembuh dan tabungan saya hampir habis. Setelah itu saya menelpon ibu saya,
 
“Assalamu’alaikum Ma…”
“Wa’alaikumus salam Mil….” Jawab ibu saya.
“Bagaimana kabarnya Ma ?”
“Ibu baik-baik saja Mil.”
“Trus, bagaimana kabarnya anak-anak Ma ?”
“Mil, mama jauh-jauh dari Lampung ke Bogor untuk menjaga anak-anakmu. Sudah kamu tidak usah memikirkan anak-anakmu, kamu cukup memikirkan istrimu saja. Bagaimana kabar istrimu Mil, bagaimana kabar Ria nak ?” –dengan suara terbata-bata dan menahan sesenggukan isak tangisnya-.
“Belum sembuh Ma.”
“Yang sabar ya Mil.”
 
Setelah lama berbincang sana-sini –dengan menyeka butiran air mata yang keluar-, saya bertanya, “Ma…, Mama masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu ?”
 
“Yang mana Mil ?”
 
“Kejadian ketika Mama kehilangan uang Rp150,- yang tersimpan di bawah bantal ?”
 
Kemudian di balik ujung telephon yang nun jauh di sana, Mama berteriak, (ini yang membuat bulu roma saya merinding setiap kali mengingatnya)
 
“Mil, sampai Mama meninggal, Mama tidak akan melupakannya.” (suara mama semakin pilu dan menyayat hati),
 
“Gara-gara uang itu hilang, mama dicaci-maki di depan banyak orang. Gara-gara uang itu hilang mama dihina dan direndahkan di depan banyak orang. Pada waktu itu mama punya hutang sama orang kaya di kampung kita Mil. Uang itu sudah siap dan mama simpan di bawah bantal namun ketika mama pulang, uang itu sudah tidak ada. Mama memberanikan diri mendatangi orang kaya itu, dan memohon maaf karena uang yang sudah mama siapkan hilang. Mendengar alasan mama, orang itu merendahkan mama Mil. Orang itu mencaci-maki mama Mil. Orang itu menghina mama Mil, padahal di situ banyak orang. …rasanya Mil. Mamamu direndahkan di depan banyak orang padahal bapakmu pada waktu itu guru ngaji di kampung kita Mil tetapi mama dihinakan di depan banyak orang. SAKIT…. SAKIT… SAKIT rasanya.”
 
Dengan suara sedu sedan setelah membayangkan dan mendengar penderitaan dan sakit hati yang dialami mama pada waktu itu, saya bertanya, “Mama tahu siapa yang mengambil uang itu ?”
 
“Tidak tahu Mil…Mama tidak tahu.”
 
Maka dengan mengakui semua kesalahan, saya menjawab dengan suara serak,
 
“Ma, yang mengambil uang itu saya Ma….., maka melalui telephon ini saya memohon keikhlasan Mama. Ma, tolong maafkan Jamil Ma…., Jamil berjanji nanti kalau bertemu sama Mama, Jamil akan sungkem sama mama. Maafkan saya Ma, maafkan saya….”
 
Kembali terdengar suara jeritan dari ujung telephon sana,
“Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim…..Ya Allah ya Tuhanku, aku maafkan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Maafkanlah dia ya Allah, ridhailah dia ya Rahman, ampunilah dia ya Allah.”
 
“Ma, benar mama sudah memaafkan saya ?”
 
“Mil, bukan kamu yang harus meminta maaf. Mama yang seharusnya minta maaf sama kamu Mil karena terlalu lama mama memendam dendam ini. Mama tidak tahu kalau yang mengambil uang itu adalah kamu Mil.”
 
“Ma, tolong maafkan saya Ma. Maafkan saya Ma?”
 
“Mil, sudah lupakan semuanya. Semua kesalahanmu telah saya maafkan, termasuk mengambil uang itu.”
 
“Ma, tolong iringi dengan doa untuk istri saya Ma agar cepat sembuh.”
 
“Ya Allah, ya Tuhanku….pada hari ini aku telah memaafkan kesalahan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Dan juga semua kesalahan-kesalahannya yang lain. Ya Allah, sembuhkanlah penyakit menantu dan istri putraku ya Allah.”
 
Setelah itu, saya tutup telephon dengan mengucapkan terima kasih kepada mama. Dan itu selesai pada pukul 10.00 wib, dan pada pukul 11.45 wib seorang dokter mendatangi saya sembari berkata,
 
“Selamat pak Jamil. Penyakit istri bapak sudah ketahuan.”
 
“Apa dok?”
 
“Infeksi prankreas.”
 
Saya terus memeluk dokter tersebut dengan berlinang air mata kebahagiaan, “Terima kasih dokter, terima kasih dokter. Terima kasih, terima kasih dok.”
 
Selesai memeluk, dokter itu berkata, “Pak Jamil, kalau boleh jujur, sebenarnya pemeriksaan yang kami lakukan sama dengan sebelumnya. Namun pada hari ini terjadi keajaiban , istri bapak terkena infeksi prankreas. Dan kami meminta izin kepada pak Jamil untuk mengoperasi cesar istri bapak terlebih dahulu mengeluarkan janin yang sudah berusia 8 bulan. Setelah itu baru kita operasi agar lebih mudah.”
 
Setelah selesai, dan saya pastikan istri dan anak saya selamat, saya kembali ke Bogor untuk sungkem kepada mama bersimpuh meminta maaf kepadanya, “Terima kasih Ma…., terima kasih Ma.”
 
Namun…., itulah hebatnya seorang ibu. Saya yang bersalah namun justru mama yang meminta maaf. “Bukan kamu yang harus meminta maaf Mil, Mama yang seharusnya minta maaf.”
 
Sahabat …
Maha benar sabda Rasulullaah shalallaahu ’alaihi wa sallam :
“ Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua “ (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)
 
“ Ada tiga orang yang tidak ditolak doa mereka :  orang yang berpuasa sampai dia berbuka, seorang penguasa yang adil , dan doa orang yang teraniaya . Doa mereka diangkat Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, ‘ Demi keperkasaan-Ku, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Attirmidzi)
 
Kita dapat mengambil HIKMAH bahwa:
 
Bila kita seorang anak :

Janganlah sekali-kali membuat marah orang tua, karena murka mereka  akan membuat murka Allah subhanau wa ta’ala. Dan bila kita ingin selalu diridloi-Nya maka buatlah selalu orang tua kita ridlo kepada kita.
Jangan sampai kita berbuat zholim atau aniaya kepada orang lain, apalagi kepada kedua orang tua, karena doa orang teraniaya itu terkabul.
 
Bila kita sebagai orang tua :
 

Berhati-hatilah pada waktu marah kepada anak, karena kemarahan kita dan ucapan kita akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan kadang penyesalan adalah ujungnya.
Doa orang tua adalah makbul, bila kita marah kepada Anak, berdoalah untuk kebaikan anak-anak kita, maafkanlah mereka.
 
Semoga bermanfaat dan bisa mengambil HIKMAH
Sumber:  https://kata2hikmah0fa.wordpress.com

Rabu, 10 Agustus 2011

Oh Ikhwan,, Oh Akhwat!

Oh Ikhwan..,Oh Akhwat!!



 
 
Oh.. Ikhwan
Apa bedanya dengan Si Marwan
Si Ali, Paijo atau Si Iwan
Oh ternyata Cuma beda sebutan
 
Oh.. Ikhwan
Walaupun tidak terlalu rupawan
Alias modal tampang pas-pasan
Tetep aja tebar senyuman
 
Oh.. Ikhwan
Gayanya sih bisa ketebak dan ketahuan
Jenggot melambai, baju koko&mata kaki keliatan
Kalo ngomong pake ane, antum, afwan-afwan
 
Oh.. Ikhwan
Sudah banyak yang bertebaran
Ada di masjid, kampus bahkan perkantoran
Sering kali ada yang getol nyari penghasilan
Ngga taunya nyari modal buat walimahan
 
Oh.. Ikhwan
Kalo lagi aksi, semangatnya nggak diragukan
Pekikan takbir selalu di kumandangkan
Ngomong2… kamar dikosan kok berantakan?
(Aduh.. pulang jangan lupa diberesin Wan!)
 
Oh.. Ikhwan
Sepekan sekali ikut kajian
Hujan dan badai nggak jadi halangan
Juga ngga ketinggalan tiap acara kepartaian
(Tapi.. cuci dulu tuh baju rendeman..!)
 
Oh.. Ikhwan
Pagi-pagi jarang sarapan
Alesannya males masak atau belum dapet kiriman
Akhirnya kena sakit magh sama panuan
( Kok yang terakhir nggak nyambung Wan!)
 
Oh.. Ikhwan
Jarang banget yang mata duitan
Demi dakwah, hati ikhlas tanpa harap imbalan
Walau kerasa, nih perut keroncongan
( Laporan aja Wan! Sama anggota dewan)
 
Oh.. Ikhwan
Anehnya kalau lagi jalan
Ngukurin tanah ape nyari duit jatoh sih wan?
Ooohh.. ternyata dia lagi jaga pandangan!!
Hati-hati Wan, awas nginjek gituan!!
 
Ikhwan… ikhwan….
Lucunya kalo ada akhwat berpapasan
Langsung minggir! Nunduk, acuh tak acuh kaya musuhan
( Gubrak..!! Suara apaan tuh Wan? )
Eh.. si ukhti jatuh, kagak ngeliat ada selokan
 
Ikhwan… ikhwan…
Uniknya kalo lagi rapat gabungan
Pake pembatas alias hijab biar nggak bisa lirik-lirikan
Sering juga rapatnya peke SMSan
Kadang SMSnya malem2 sambil bangunin tahajudan
Upppss.. Yang ini cuma sesama ikhwan kan..??
 
Oh.. Ikhwan
Badannya ade yang keker mirip binaragawan
Oh ternyata dia instruktur kepanduan
Biar di keroyok sama pereman
Kagak bakal panggil bantuan
( Abis.. udah ga bisa lari sih Wan! )
 
Oh.. Ikhwan
Jarang juga yang suka jajan
Mendingan nabung buat masa depan
Sekarang duitnya sudah banyak dalam celengan
(Eh, itu utang dibayar dulu Wan!)
 
Oh.. Ikhwan
Merasa sepi di tengah keramaian
Merindukan hadirnya bidadari penyemangat iman
Temen sekosan terasa sudah membosankan
Ditambah bisikan-bisikan setan yang kedengeran
Hemmm.. Istigfar Wan!
 
Oh.. Ikhwan
Pengen dapet istri yang wajahnya mirip artis di iklan
Yang nggak malu-maluin kalo diajak kondangan
Terus mulutnya yang nggak rame kaya petasan
Tiap 3 hari khatam Al Quran
Kelompok yang dibina udah lebih dar 20an
Setia sampe mati dan nggak mata duitan
Dan… setuju aja kalau suami mau cari istri tambahan
 
Oh.. Ikhwan
 
Tapi, seringnya harapan tidak sesuai kenyataan
Abis, nyari istri yang sempurna gitu kan kagak gampangan!
Apalagi kalo modalnya serba pas-pasan
Ya.. Murobbi juga nyariinnya bakal itung-itungan
Sabar deh Wan! Percaya aja sama yang Maha Rahman!
 
Oh.. Ikhwan
Nggak sengaja, liat ukhti minta bantuan
Jatoh dari motor masuk paretan
Hati berdebar mungkin ada harapan
Eeehh… taunya si Ukhti istrinya temen satu Liqo’an
(Gubrak..!! sungguh kasihan )
 
Huuhhh… Dasar Ikhwan!!!
Afwan ya Wan!! Cuma mainan
Yang nulis juga Ikhwan.
 
 
Oh… Akhwat
Wanita anggun pembasmi maksiat
Busananya rapi menutup aurat
Paling anti pake pakaian ketat
Katanya sich, ini salah satu ciri muslimah yang taat
 
Oh… Akhwat
Rajin mengaji dan tahajud dimalam yang pekat
Alasannya, biar selamat dunia dan akhirat
Ngga lupa dia doa dan munajat
Agar mendapat teman sejati dalam waktu cepat
 
Oh… Akhwat
Aktivitasnya begitu padat
Kuliah, organisasi sampe-sampe sehari 3 x ngikutin rapat
Ada juga yang ngajar TPA dan ngajar privat
Demi Allah, semua dilakukan dengan semangat
 
Oh… Akhwat
Tapi hari ini kok seperti kurang sehat?
Badan lesu dan muka keliatan pucat
Jalannya lunglai dibawah terikan matahari yang menyengat
Ooo.. ternyata dia, magh nya lagi kumat
(Abis… waktu sarapan cuma makan sepotong kue donat!)
 
Oh… Akhwat
Banyak juga yang berjerawat
Dari yang kecil-kecil sampe yang segede tomat
Padahal sudah nyobain semua sabun dan juga obat
( Sabar… sering wudhu lama2 juga ilang, Wat!)
 
Oh… Akhwat
Sering betul kirim SMS buat para sahabat
Isinya kalo ngga ngundang syuro, ya.. ngasih tausiyah atau nasihat
Walau kadang terasa bikin pulsa ngga’ bisa hemat
 
Oh… Akhwat
Seneng banget kalo makan coklat
Nggak sadar kalo gigi udah pada berkarat
Gara-gara sebulan sekali baru disikat
(Hiii… jorok nian kau, Wat!)
 
Oh… Akhwat
Paling seru waktu kumpul sesama akhwat
Ngobrolin dakwah sampe hal-hal yang kadang kurang manfaat
Apalagi kalau sudah pada saling curhat
Bisa-bisa air mata mengalir begitu lebat
( Wiih, curhat apaan tuh, Wat!)
 
Oh… Akhwat
Paling berani kalo di ajak debat
Siap bertahan sampe lawan bicaranya mulai sekarat
1 jam.. 2 jam.. 3 jam.. Wuiih dia masih kuat..!
4 jam….? Woy berenti…! waktunya sudah masuk sholat..!!
 
Oh… Akhwat
Sore-sore makan soto babat
Makannya rame-rame bareng temen satu liqo’at
Maklum, hari itu ada yang baru punya hajat
Baru wisuda… walaupun wisudanya bareng adek2 tingkat
 
Oh… Akhwat
Nonton konser Izzis sambil lompat-lompat
Tak terasa badan mulai capek dan mulai berkeringat
Sampai nggak sadar kalo ada copet yang mulai mendekat
( Tenang…. Si Ukhti kan sudah belajar silat..!!)
 
Akhwat… Akhwat…
Pergi kuliah di hari Jumat
Buru-buru karena takut datangnya telat
Padahal hawa kantuk masih terasa melekat
Gara-gara Facebookkan tengah malem sampe jam 1 lewat
( So.. What gitu Wat ?!)
 
Oh… Akhwat
Banyak yang nggak mau dimadu, apalagi jadi istri ke empat
( Waduh, kalau yang ini ane nggak berani nerusin, Wat!)
 
Oh… Akhwat
Mau lebaran bantuin ibu buat ketupat
Hati gembira karena mau ketemu sanak kerabat
Tapi kesel saat ditanya… Lebaran ini masih sendiri, Wat?
 
Oh… Akhwat
Berharap sang pengeran datang tidak terlambat
Untuk menjemput ke hidup baru yang penuh rahmat
Namun apa daya saat proses ta’aruf jadi tersendat
Gara-gara sang Ikhwan, malah akhirnya ngurungin niat
( Huuu.. reseh banget tuh Ikhwan, Wat!)
 
Oh… Akhwat
Masih Banyakkah yang seperti Fatimah Binti Muhammad?
Yang memilih pendamping bukan kerena harta, tahta dan martabat
Atau hanya tertarik pada gemerlap dunia yang sesaat
Tapi… Agama dan Akhlak itulah yang ia lihat
Wah.. kalau ada… ane pesen satu Wat!
( Please dong akh, Wat! )
 
Oh… Akhwat
Hidup memang tak selamanya nikmat
Kadang ringan kadang juga terasa berat
Tapi teruslah Istiqomah kau di setiap saat
Karena engkaulah…. Bidadari Harapan Ummat!
 
Maap ya.. Wat!
Kalau ada kata-kata salah yang didapat
Maklum, yang buat bukannya Akhwat
Udah dulu ya.. yang buat matanya udah 5 Watt!
 
Pergi Rihlah ke Amerika Serikat
Sampai disana ngelempar geranat
Di sana Akhwat di sini Akhwat
Berani bener tuh orang yang ngelempar geranat
HIDUP AKHWAT!!!

Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu. “Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.” Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi.

Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.

Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. “Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?” “Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senan ​glah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu. “Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. ​”

“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah ​dengan tenang.” Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita. Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan,yang terpenting: cintailah orang tua kita.

Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Semoga kesempatan itu masih ada.


- dari seorang teman -

Permen Muslimah

"Sore ini saya ingin berbagi sebuah cerita yang penuh hikmah, semoga bermanfaat ya...
Suatu hari disebuah kereta api dalam perjalanan dari Jakarta menuju Jogja, terjadi dialog sederhana :
Seorang laki-laki non muslim bertanya kepada seorang muslimah :"Maaf... bolehkah saya bertanya sesuatu kepada mbak, mengapa seorang muslimah harus menutup auratnya, mengenakan jilbab dan baju yang menutupi seluruh tubuhnya? saya melihatnya sebagai sesuatu yang sungguh ribet ...dan bukankah itu membuat kecantikannya jadi tak terlihat?".
Muslimah yang ditanya tidak berkata apa-apa dan langsung mengeluarkan 2 bungkus permen. Salah satu nya dia buka bungkusnya. Kemudian kedua permen itu di jatuhkan ke lantai. Lalu ia berkata, jika Mas saya beri pilihan untuk mengambil salah satu dari permen itu, manakah yang akan mas ambil?
Laki-laki non muslim itu pun spontan menjawab :"Tentu saja saya akan mengambil permen yang masih terbungkus dong..."
Muslimah itupun tersenyum kemudian berkata :"Itulah cara islam melindungi kaum wanita dari keburukan, karena begitu berharganya mereka..."
sontak si laki-laki non muslim terdiam dan raut wajahnya memerah seketika ^__^"

Awas!!! Penipuan Modus Baru

Penipuan Modus Baru
Oleh: Charles Tobing | 08 August 2011 | 00:01 WIB


Hari ini, Minggu 7 Agustus 2011 sekitar pukul 1:30  siang penulis menerima telepon dari seorang keponakan yang memberitahukan bahwa dia baru saja  menerima telepon dari  nomor 085311661861 yang nama peneleponnya tidak dia ingat. Penelepon tersebut memberitahukan bahwa abang penulis yang bekerja di RS. Dharmais jatuh di kamar mandi rumah sakit tersebut  dan menjadi tidak sadar dengan  darah keluar dari telinganya.
Kemudian karena keperluan peralatan abang tersebut katanya dibawa ke RS Pertamina Pusat. Agar  peralatan tersebut dapat segera digunakan, penelepon tersebut mengatakan bahwa pihak  keluarga harus segera membayar biaya sebesar Rp. 7.500.000 dan mentransfer ke rekening BCA nomor 2431105731 atas nama Dr. Adi Nugroho.
Mendengar kabar tersebut, penulis segera mengabarkan hal tersebut kepada kakak yang lain. Untung saja kakak tersebut meminta penulis untuk mengecek kabar itu untuk memastikan bahwa itu bukanlah  penipuan. Diingatkan seperti itu penulis segera menelepon abang yang diberitakan terkena musibah tersebut dan memang benar ternyata dia dalam keadaan yang baik-baik saja.
Terlepas bahwa penulis  sering menerima pesan baik melalui email maupun sms untuk berhati-hati terhadap berbagai macam bentuk penipuan yang marak belakangan ini , tetapi tak urung akal sehat sempat  dikalahkan oleh emosi ketika  mendengar kabar musibah tersebut.
Penulis telah mengecek keberadaan rekening tersebut di BCA melalui internet banking dan memang benar rekening tersebut ada atas nama Adi Nugroho tanpa gelar dokter didepannya . Seharusnya pemilik rekening tersebut bisa dilacak dengan melihat database orang tersebut di Bank BCA. Jika tanda pengenal yang diberikan oleh orang tersebut  ternyata palsu, setidaknya gambaran tersebut dapat diketahui melalui rekaman CCTV pada saat orang tersebut membuka rekening.
Penulis akan  meminta keponakan yang menerima telepon tersebut untuk melaporkan peristiwa ini besok  kepada pihak kepolisian sehingga rekening tersebut dapat diblokir sementara pemiliknya dilacak keberadaannya.
Mudah-mudahan tidak ada (lagi) orang yang menjadi korban.

Repotnya Jadi Pengemis di Arab

Repotnya Jadi Pengemis di Arab
Oleh: Mukti Ali | 08 August 2011 | 15:43 WIB


Jangan anda menyangka jadi pengemis itu gampang..di Dubai resiko menjadi pengemis adalah penjara..karenanya mereka harus selalu hati -hati dan waspada jangan sampai polisi melihat mereka ketika beroperasi…namanya juga usaha kadang kasihan melihat mereka tapi bagaimana lagi di dubai ada peraturan pengemis enggak boleh ngemis. Titik.
Beda banget kan dengan di kita ? setiap menjelang bulan suci para pengemis di Indonesia selalu meningkat entah mereka benar-benar pengemis atau orang”kaya”yang bermental pengemis..pernah lho dalam suatu acara di TV di tayangkan bagaimana jaringan pengemis..ternyata mereka kaya-kaya hahahaha lebih kaya dari pegawai negeri.
Di Dubai akan ada polisi yang selalu hilir mudik bolak balik kayak setrikaan di tempat-tempat yang di anggap sangat di gemari oleh pengemis sebagai tempat mangkal..karena seringnya polisi berpatroli menjelang bulan suci hampir tidak ada pengemis yang beroperasi. mereka mati gaya ..udah miskin enggak bisa usaha.
Mengapa pemerintah Dubai begitu tega kepada pengemis ?
Jawabnya adalah untuk  menjaga ketertiban..kalau toh ada orang miskin atawa melarat mereka bisa melapor ke badan-badan amal yang memang di dirikan untuk mengatasi masalah -masalah sosial.jadi lebih tertib enggak kayak di kita ..mungkin bisa jadi orang miskin di kita kelewat banyak jadi aja ribet. Ngurusnya..
mengatasi kemiskinan bukan tugas pemerintah doang ,kita juga wajib membantu pemerintah contohnya jangan sampai deh kita atau keluarga kita jadi pengangguran..atau kita bisa bantu kasih modal usaha kepada tetangga yang butuh modal. pokoknya jangan cuma ngejelek-jelekin pemerintah tapi kita sendiri cuek-cuek aja sama tetangga kita yang kebetulan melarat.
Kembali ke Dubai…saya pernah melihat pengemis di masjid dia berdiri setelah salam pertama kemudian dia berkata kalau dia sedang dalam kesulitan..ini adalah taktik yang biasa di gunakan oleh para pengemis di Dubai tapi mereka  harus hati-hati lirik sana lirik sini takutnya di antara jamaah ada polisi.
Jika ada polisi di antara jamaah mana berani mereka berkata-kata paling setelah polisinya kabur mereka baru menengadakan tangan meminta sedekah..jadi sekali lagi jangan sampai anda mengira jadi pengemis itu gampang di sini taruhannya adalah penjara.
mengapa mereka menjadi pengemis ?
Banyak penyebab di antaranya…bermasalah dengan tempat kerjanya misalnya tidak di bayar gaji. atau emang di kerjain sama agen yang nakal di janjikan kerjaan ternyata enggak ada jadi aja mereka menggelandang  yang jelas beruntunglah kita walau pun banyak masalah masih di negeri sendiri kalau bermasalah di negeri orang ribetnya kuadrat.

Doa Buka Puasa (Dengan Sanad Hasan)

Jangan lupa berdoa ketika berbuka, karena saat itu merupakan waktu yg mustajab ...
=============== ​===
Doa Buka Puasa
=============== ​===

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

"Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, Insya Allah."

(HR. Abu Dawud no. 2357, ad-Daraquthni III/401 no. 2247, al-Hakim I/422. Lihat Irwaa'ul Ghaliil no. 920, Shahiih Abi Dawud III/449 no. 2066, hasan)

Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’ala ​ihi Wasallam:

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

“Ada tiga orang yang doanya tidak tertolak, orang yang berpuasa ketika berbuka, penguasa yang adil dan orang yang dizhalimi”

(HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)

Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan baik ini untuk memohon apa saja yang termasuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Namun perlu diketahui, terdapat doa yang dianjurkan untuk diucapkan ketika berbuka puasa, yaitu doa berbuka puasa. Sebagaimana hadits

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

“Biasanya Rasulullah Shallallahu’ala ​ihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:

ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
(‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)” (HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232)

Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan lafazh berikut:

اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين

adalah hadits palsu, atau dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak terdapat di kitab hadits manapun. Sehingga kita tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits Nabi Shallallahu’ala ​ihi Wasallam. Entah siapa orang yang membuat doa ini.

Oleh karena itu, doa dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan orang biasa seperti saya dan anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa dengan kata-kata sendiri. Sehingga doa ini tidak boleh dipopulerkan apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.

Memang ada hadits tentang doa berbuka puasa dengan lafazh yang mirip dengan doa tersebut, semisal:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم

“Biasanya Rasulullah Shallallahu’ala ​ihi Wasallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim”
Ibnu Hajar Al Asqalani berkata di Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341) : “Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga di-dhaif-kan oleh Al Albani di Dhaif Al Jami’ (4350). Atau doa-doa yang lafazh-nya semisal hadits ini semuanya berkisar antara hadits dhaif atau munkar.

=============== ​=============== ​===============
Perlu diingat juga bahwasannya doa berbuka puasa ini diucapkan setelah kita sudah memakan santapan buka. Jadi sebelum memakan santapan yg dihidangkan seperti biasanya kita mengucakapkan bismillah, kemudian berbuka dan barulah kita ucapkan doa tersebut. (Penjelasan Syaikh Abdullah Al Jibrin rahimahullah). Wallahu a’lam. Semoga ringakasan ini dapat bermanfaat bagi kaum Muslimin.
=============== ​=============== ​===============

http://radiomus ​lim.com/doa-ber ​buka-puasa/

Ikhwan Berbulu Musang Berbau Domba

Ikhwan Berbulu Musang Berbau Domba

Sebut saja Jaka Sutisna (bukan nama sebenarnya). Jaka seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu PTS Jakarta. Sang Jaka aktif di kegiatan dakwah baik kampus ataupun SMA tempat ia dulu menuntut matematika. Penampilan Jaka sama dengan ikhwan lainnya. Namun berbeda dari ikhwan yang lainnya.
Jaka dikaruniai oleh Allah Ta’ala berupa fisik yang terlihat sempurna. Mungkin hal ini terbentuk lantaran aktivitas Jaka yang suka berolahraga. Kulit Jaka juga terlihat putih bersih mirip model-model majalah-majalah remaja. Tak lupa kacamata khasnya yang makin menambah kesan intelektualitasnya.
Jaka juga tercatat sebagai seorang mahasiswa yang cerdas. Beberapa masalah ditangannya dapat segera tuntas. Selain cerdas Jaka juga terlihat bijaksana setidaknya begitu menurut para Community Jaka Lovers yang kebanyakan para akhwat’s. Atas dua hal diatas. Maka Jaka Sutisna pun ditampuk oleh para Jaka Lovers menjadi semacam penasehat atau guru spiritualitas.
Status-status FB atau tweet Jaka pun berkutat pada masalah percintaan. Bak pujangga abad 3 SM ia menguntai kata-kata nun indah begitu meresap di hati para lawan maupun kawan. Tak pelak status-status-nya tersebut sering mendapat pujian. Dari mulai jempol (like this!) sampai ucapan terima kasih “makasih ya kak, syukron akhi atas tausiyahnya” banyak juga yang bertaburan.
Tak sampai disitu, Jaka pun menjadi tempat curahan para penggemarnya. Seperti layaknya tong sampah yang selaluterbuka. Ia menerima pengaduan berbagai masalah yang tengah dihadapi teman-temannya. Akan tetapi anehnya kebanyakan atau malah semuanya adalah wanita. Jaka yang memang supel terlihat begitu menikmati aktivitasnya.
Untuk mengakrabkan suasana Jaka selalumempergunakan jurus-jurus mautnya. Pada awalnya niatan Jaka hanya agar para pendengarnya merasa nyaman dengan dirinya. Tapi lagi-lagi anehnya jurus ini hanya berlaku bagi teman-temanwanitanya.
Sering sekali Jaka mengirim SMS seperti berikut kepada para —lagi-lagi perempuan— audiensnya.
Kemarin malam t’lah kukirimkan seorang bidadari untuk menjaga tidurmu.Akan tetapi tak lama kemudian bidadari tersebut kembali, sambil marah-marah iaberkata kepadaku, “ngapain bidadari suruh jaga bidadari”.
SMS tersebut juga disertai dengan simbol-simbol seperti berikut :-), ^_^V dan semacamnya.
Mendadak Jaka telah berubah seperti ustadz muda yang gemar memberikan tausiyah. Tentunya lewat forum SMS sertajaringan dunia maya miliknya. Tapi menjadi aneh ketika dalam dunia nyata. Jaka ternyata tak banyak mengumbar nasihat kepada sesama teman Ikhwan seperjuangannya.
Jaka, lagi-lagi mendadak bagai seorang guru. Bahasa yang ia pakai dalam percakapan dengan “mutarrobi akhwatnya” adalah aku-kamu. Dan anehnya juga bahasa-bahasa aku-kamu hanya ia tunjukkan kepada para akhwat-akhwat yang memang lugu. Padahal bahasa sehari-harinya adalah saya-anda atau pun gue-elu. Aneh, tapi kenyataannya toh memang seperti itu.
Jaka, juga menjadi sorang murobbi dadakan. Sering kali ia memberikan semangat kepada para binaan yang lagi-lagi perempuan. Tak lupa SMS tausiyah pun sering ia hadirkan. Terutama terkait topik-topik peribadahan.Dari mulai puasa sunnah, qiyamul lail, sampai tilawah quran harian. Dan parahnya hal-hal tersebut tak didapatkan di kalangan ikhwan.
Obrolan via SMS dijadikan sebagai ajang pembuangan bonus. Maklumlah namanyajuga anak kampus. Obrolan berkisar dari masalah dakwah sampai masalah ingus. Pokoknya masalah-masalah yang benar-benar sangat tidak serius. Tak masalah seberapa pegalnya tangan mengetik, yang penting komunikasi jalan terus.
Tak sedikit para akhwat yang terjerat jaring emasnya Jaka. Entah karena keluguan mereka atau mereka-merekanya saja yang terbutakan oleh asmara. Bukan 1, 2 akhwat saja. Melainkan sudah mencapai angka belasan akhwat yang sudah akut terkena kena “virus merah muda”.
Sudah tak terhitung berapa banyaknya para akhwat yang sudah dijanjikan untuk menikah dengan dirinya. Tapi sama dengan yang katanya wakil rakyat di negeri kita. Nyata-nyatanya itu hanya pepesan kosong dan sekedar retorika belaka.
Belakangan Jaka tak diketahui rimbanya. Ia mengganti semua nomor HP serta akun jejaring sosial miliknya. Para pemujanya bingung hendak mencari Jaka yang entah ada di mana.
Ya begitulah Jaka, mendadak ia seperti Jelangkung yang pergi secara tiba-tiba. Sampai hari ini pun orang-orang tidak mengetahui keberadaan “Kak Jack” begitulah ia biasa disapa.