Senin, 23 Juli 2012

Renungan#10 Lima Perkara


LIMA PERKARA


Abu Laits As-Samarqandi adalah ahli fiqih yang mansyur. Suatu ketika dia berkata, ayahku menceritakan bahwa antara Nabi-Nabi yang bukan rasul menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang mendengar suara. Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam diperintahkan yang berbunyi: “Esok engkau diminta keluar rumah pagi hari untuk ke barat. Engkau diminta berbuat, pertama: apa yang engkau hadapi makanlah; kedua: kau sembuntukan; ketiga: engkau terima; keempat: jangan engkau putuskan harapan; kelima: larilah kau daripadanya.
Keesokan harinya, Nabi itu berangkat ke barat dan pertama yang ia hadapi adalah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi kebingungan sambil berkata, ”Aku diperintahkan memakan perkara pertama yang dihadapi, tapi sungguh aneh sesuatu mustahil yang tidak dapat dilaksanakan.” Nabi lalu berjalan ke bukit tersebut dengan niat untuk memakannya. Ketika dihampiri, bukit itu mengecil, maka Nabi memakannya, ternyata rasanya manis bagaikan madu.
Kemudian nabi meneruskan perjalanan. Ia bertemu dengan mangkok emas. Nabi teringat mimpinya supaya disembunyikan. Ia lalu menggali sebuah lubang lalu ditanam mangkok emas itu. Tiba-tiba mangkokemas itu kembali ke luar. Nabi pun menanamnya sampai tiga kali. Ia lalu meneruskan perjalanan dengan tidak menyadari bahwa mangkok emas itu keluar lagi.
Ketika Nabi sedang berjalan, ia melihat seekor elang sedang mengejar burung kecil. Burung kecil itu berkata, “Wahai Nabi Allah, tolonglah aku.” Mendengar rayuan burung kecil itu, iapun mengambilnya dan memasukkannya ke dalam bajunya. Melihat hal itu, elang lantas menghampiri Nabi sambil berkata, “Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh karenanya, jangan kau patahkan harapanku dari rezekiku.”
 Nabi teringat pesan mimpinya yang keempat, ia tidak boleh memutuskan harapan. Dia jadi bingung bagaimana menyelesaikan perkara tersebut. Akhirnya, ia mengambil pedang dan memotong sedikit daging pahanya untuk diberikan kepada si elang. Akhirnya elang pergi, dan Nabi melepaskan burung kecil itu lalu meneruskan perjalanannya.
Tak lama kemudian ia bertemu dengan bangkai yang busuk. Karena tidak kuat baunya, ia bergegas pulang ke rumah. Pada malam itu Nabi berdoa, “Ya Allah aku telah melaksanakan perintahMu seperti dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semuanya ini.” Maka, Allah menerangkan bahwa, Pertama: yang engkau makan adalah amarah, pada mulanya nampak besar namun jika bersabar, marah akan mengecil dan jadi lebih manis. Kedua, semua amal kebaikan walaupun disembunyikan akan tetap nampak. Ketiga, jika menerima amanah janganlah berkhianat. Keempat, jika orang meminta kepadamu, usahakan untuknya. Kelima, bau busuk itu adalah ghibah, maka larilah dari orang-orang yang sedang ghibah.
Dengan penjelasan itu, Nabi pun semakin berhati-hati dalam kehidupannya. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar