Jumat, 22 April 2011

Agar Ibu Hamil Tidak Bernasib Seperti Kartini

detikcom - Jakarta, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi sebanyak 228 kematian ibu per 100 ribu kelahiran hidup, padahal target Milenium Development Goals (MDGs) harus bisa menekan angka kematian ibu 102/100 ribu kelahiran hidup yang mesti dicapai 2015.
Salah satu pemicu tingginya angka kematian ibu melahirkan adalah komplikasi saat melahirkan karena preeklamsia, infeksi dan perdarahan.
Seperti yang dialami RA Kartini yang meninggal karena mengalami komplikasi saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya.

Namun meski teknologi dan ilmu pengetahuan kini lebih maju, preeklamsia atau hipertensi selama kehamilan masih terus menghantui.
Preeklamsia merupakan kondisi peningkatan tekanan darah atau hipertensi yang dialami perempuan pada usia kehamilan 20 minggu ke atas. Penyebab pastinya hingga saat ini belum diketahui, namun berbagai faktor risikonya sudah bisa diidentifikasi.
Gejala awal preeklamsia umumnya adalah mual-muntah, pusing dan rasa nyeri di perut terutama di bawah iga sebelah kanan. Penambahan berat badan yang tidak wajar serta peningkatan volume urine juga menunjukkan gangguan sistem peredaran darah pada ibu hamil.
Seperti yang pernah diungkap dokter kandungan dari RS Puri Indah Jakarta, dr Dhely Lesthama, SpOG dalam konsultasi kesehatan detikHealth , risiko preeklamsia pada kehamilan ke-2 dan selanjutnya adalah 10-15 persen jika pada kehamilan anak pertama juga mengalami preeklamsia.
Selain punya riwayat preeklamsia, perempuan juga perlu mewaspadai risiko tersebut jika memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko berikut ini:


Kehamilan pertama
Usia saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
Obesitas
Kehamilan anak kembar
Jarak kehamilan yang terlalu jauh
Diabetes pada saat hamil
Sebelum hamil pernah mengalami hipertensi kronis, migrain, diabetes, penyakit ginjal, maupun rheumatoid arthritis
Berbeda dengan hipertensi biasa, preeklamsia sulit dihindari karena tidak ada satupun cara yang terbukti efektif mencegahnya. Dikutip dari Mayoclinic , Jumat (21/4/2011), risiko preeklamsia tidak berkurang hanya dengan membatasi asupan garam seperti pada hipertensi biasa.
Beberapa penelitian menunjukkan bukti terbatas bahwa vitamin D bisa sedikit menurunkan risiko preeklamsia. Namun untuk menghindari interaksi dengan makanan atau obat lain, semua obat maupun suplemen yang dikonsumsi selama hamil sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter.
Meski sulit dihindari, preeklamsia bisa diantisipasi dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Adanya peningkatan tekanan darah harus selalu diwaspadai terutama jika sebelumnya sudah memiliki riwayat pernah mengalami preeklamsia.
Pada kondisi tertentu, satu-satunya cara untuk menghindari komplikasi preeklamsia adalah dengan melahirkan si bayi. Kadang dibutuhkan operasi caesar untuk mengeluarkan bayi yang belum cukup umur, agar tidak memicu komplikasi berupa kejang atau eklamsia pada ibunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar