Jumat, 08 Juni 2012

Kisah Ibnu Al-Munkadir

Bismillahirahmanirahim…
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh….

Subhanallah,, saat ana mendengar kisah ini ana merinding dan berdecak kagum akan sosoknya yang yang begitu ikhlas dan rendah hati yang tidak ingin ujub, riya’ ataupun sum’ah… Beliau tidak ingin amalan baiknya diketahui orang lain.

Kisahnya adalah sebagai berikut:

Syahdan, kota Madinah kering kerontang. Lama sudah hujan tak kunjung datang mengguyur bumi yang begitu dahaga. Seantero penduduk telah shalat astisqa’ (meminta hujan), namun Sang Pemilik Hujan belum berkenan menurunkannya. Begitulah, hingga suatu malam Ibnu Al-Munkadir singgah dimasjid nabawi. Dalam keheningan malam, beliau mendengar rintihan doa dari seorang berkulit hitam. “Ya Allah, penduduk negeri haram-Mu ini telah bermunajat dan memohon hujan pada-Mu namun Engkau tidak kunjung mengaruniakannya pada mereka. Ya Allah, sungguh aku mohon pada-Mu curahkanlah hujan itu untuk mereka.” Karena begitu heningnya, ia tak menyadari kedatangan Ibnu Al-Munkadir yang tengah memperhatikannya. Tak ada keanehan yang dirasakan Ibnu Al-Munkadir dengan doa tersebut. Jangankan dia sendirian, seluruh penduduk ramai-ramai telah beristisqa, namun hasilnya nihil.

Namun, Ibnu Al-Munkadir dikejutkan suara guntur, pertanda akan turun hujan. Matanya pun tertuju pada si kulit hitam tersebut. Belum lagi tangannya selesai menengadah, hujan telah turun. Ia begitu gembira dan pulang ke rumah. saat shalat subuh didirikan, ia pun datang dari rumahnya, seolah-olah malam itu ia tidak berada di masjid. Orang berkulit hitam itu berkelebat begitu cepat sampai-sampai Ibnu Al-Munkadir gagal mengetahui siapa sosok yang luar biasa tersebut, di malam pertama mereka bertemu. Namun, untuk malam kedua Ibnu Al-Munkadir berhasil menguntit sosok berkulit hitam itu dari masjid hingga ke rumahnya menjelang Subuh. Ibnu Al-Munkadir terkejut karena ternyata sosok tadi adalah seorang tukang sol sepatu. Siang harinya, Ibnu Al-Munkadir mendatanginya. “Ahlan wa sahlan, wahai Abu Muhammad (panggilan Ibnu Al-Munkadir). Ada yang bisa saya bantu? Sepertinya engkau membutuhjkan alas kaki,” sapa pria tersebut. “Fulan, bukankah engkau yang di masjid kemarin malam itu?” Sontak, wajah lelaki itu merah padam. Dengan marah, ia kembali masuk rumah dan menutup pintu rapat-rapat untuk Ibnu Al-Munkadir.

Di malam ketiga, Ibnu Al-Munkadir tetap menunggu si lelaki hitam, tersebut. Namun hingga subuh menjelang, lelaki tak dikenal itu tak kunjung muncul. Siangnya, Ibnu Al-Munkadir kembali mendatangi rumahnya. Sepi… ketika ditanyakan ke tetangganya, ia malah terheran-heran. “Apa yang engkau lakukan padanya wahai Abu Muhammad? Ia tampak begitu marah setelah bertemu denganmu. Sepulangmu, ia mengemasi seluruh barangnya dan pergi entah kemana.”

Ibnu Al-Munkadir meras kehilangan. Ia mencari ke pelosok madinah untuk menemukannya. Hasilnya nihil. Pria itu raib bak ditelan bumi. Hanya karena ibadah malam dan doa mustajabnya itu “ketahuan” oleh Ibnu Al-Munkadir. Ia sangat marah bila amalnya diketahui orang lain. Mungkin, pria yang hingga kini tak pernah dikenali identitasnya itu memegang prinsip ulama salaf. Orang yang seperti inilah yang oleh Rosulullah disebit Al-Akhfiya’ (mereka yang tersembunyi). “Biarlah hanya Allah yang tahu.” Manusia pilihan kecintaan Allah. Lalu, bagaimana dengan kegemaran kita yang suka menyebar amal dan kegiatan kita ke seluruh jaringan kita di FB???

Astaghfirullahal’adzim….
“Berusahalah kalian agar dikenal oleh para Penghuni Langit, sedangkan penduduk bumi jangan sampai ada yang mengenal kalian”

Barokallahu fikum….. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar