Rabu, 16 Mei 2012

THE LOST VILLAGE


DESA YANG HILANG


Bismillah…

Kisah ini sudah lama, tetapi banyak yang belum mengetahuinya. Kisah ini hendaknya menjadi ibrah, bahwa apabila suatu daerah bermaksiat semua, maka bisajadi Allah akan mengadzabnya secara langsung.

‘Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang dilangit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang’ [QS. Al-Mulk 67;16]

Dukuh Legetang adalah sebuah daerah di lembah pegunungan Dieng, sekitar 2km ke utara dari kompleks pariwisata Dieng kabupaten Banjarnegara. Dahulunya masyarakat dukuh Legetang petani-petani yang sukses sehingga kaya.
Berbagai kesuksesan duniawi yang berhubungan dengan pertanian menghiasi dukuh Legetang. Misalnya apabila di daerah lain tidak panen tetapi mereka panen berlimpah.
 Kualitas buah dan sayur yang dihasilkan juga lebih dari yang lain. Namun barang kali ini merupakan istidraj [disesatkan Allah dengan cara diberi rezeki yang banyak dan orang tersebut akhirnya makin tenggelam dalam kesesatan]

Masyarakat dukuh Legetang umumnya ahli maksiat dan bukan ahli bersyukur. Perjudian disana merajalela, begitu pula minum-minuman keras [yang sangat cocok untuk daerah dingin]. Tiap malam mereka mengadakan pentas Lengger [sebuah kesenian yang dibawakan oleh para penari perempuan , yang sering berujung pada perzinahan]. Anak yang kawin sama ibunya dan beragam kemaksiatan lain sudah sedemikian parah di dukuh Legetang.

Pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang sedang tenggelam dalam kemaksiatan. Tengah malam hujan reda. Tiba-tiba terdengar suara ‘buuum’, seperti suara benda teramat berat berjatuhan. Pagi harinya masyarakat sekitar dukuh Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa gunung pengamun-amun sudah terbelah dan belahannya itu ditimbunkan ke dukuh Legetang.

Dukuh Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya mati. Gegerlah kawasan Dieng. Seandainya gunung pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu hanya akan menimpa dibawahnya. Akan tetapi kejadian ini bukan longsornya gunung.

Antara dukuh Legetang dan gunung pengamun-amun  terdapat sungai dan jurang yang sampai sekarang masih ada. Jadi kesimpulannya, potongan gunung itu terangkat dan jatuh menimpa dukuh Legetang. Siapa yang mampu mengangkat separo gunung itu kalau bukan Allah Ta’ala.

Kini diatas bukit bekas dukuh Legetang dibuatkan tugu peringatan. Di tugu tersebut ditulis dengan plat logam

’TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNYA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNYA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TANGGAL 16/17-4-1955’  

Allahu Akbar. Wallahu a’lam bishshowwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar