Kamis, 17 Mei 2012

Su’ul Khotimah


Su’ul Khotimah

Temanku berkata kepadaku, “Ketika perang teluk berlangsung aku sedang berada di Mesir dan sebelum perang meletus, aku sudah terbiasa menguburkan mayat di Kuwait yang aku ketahui dari masyarakat setempat. Salah seorang familiku menghubungiku meminta agar menguburkan ibu mereka yang meninggal. Aku pergi ke pekuburan dan aku menunggu di tempat memandikan mayat.
Di sana aku melihat empat wanita berhijab bergegas meninggalkan tempat memandikan mayat tersebut. Aku tidak menanyakan sebab mereka keluar dari tempat itu karena memang bukan urusanku. Beberapa menit kemudian wanita yang memandikan mayat keluar dan memintaku agar menolongnya memandikan mayat tersebut.a aku katakan padanya, “ini tidak boleh, karena tidak halal bagi seorang lelaki melihat aurat wanita”. Tapi ia mengemukakan alasannya bahwa jenazah wanita ynag satu ini sangat besar.
Kemudian wanita itu kembali masuk dan memandikan mayat tersebut. Setelah selesai dikafankan, ia memanggil kami agar mayat tersebut diusung. Karena jenazah ini terlalu berat, kami berjumlah 11 orang masuk ke dalam untuk mengangkatnya. Setelah sampai di lubang kuburan, (kebiasaan penduduk mesir membuat pekuburan seperti ruangan lalu dengan menggunakan tangga, mereka menurunkan mayat ke ruangan tersebut dan meletakkan di dalamnya dengan tidak ditimbun).
Kami buka lubang masuknya dan kami turunkan dari pundak kami. Namin tiba-tiba jenazahnya terlepas dan jatuh ke dalam dan tidak sempat kami tangkap kembali hingga aku mendengar dari gemeretak tulangnya yang patah karena jenazah itu jatuh. Aku melihat ke dalam ternyata kain kafannya sedikit terbuka sehingga terlihat auratnya. Aku segera melompat ke jenazah dan menutup aurat tersebut.
Lalu dengan susah payah aku menyeretnya ke arah kiblat dan aku buka kafan dibagian mukanya. Aku melihat pemandangan yang aneh. Matanya terbelalak dan berwarna hitam. Aku jadi takuta dan segera memanjat ke atasa dengan tidak menoleh ke belakang lagi.
Setelah sampai di apartemen aku menghubungi salah satu anak permpuan jenazah. Ia bersumpah agar aku menceritakan apa yang terjadi saat memasukkan jenazah ke kuburan. Aku berusaha mengelak, namun ia terus mendesakku hingga akhirnya aku harus memberitahukannya. Ia berkata, “Ya Syaikh (panggilan yang sering diucapkan kepada seorang ustadz, red), ketika anda melihat kami bergegas keluar karena kami melihat wajah ibu kami menghitam, karena ibu kami tidak pernah sekalipun melaksanakan shalat dan meninggal dalam keadaan berdandan.”
Kisah nyata ini menegaskan bahwa Allah SWT menginginkan agar sebagian hamba-Nya melihat bekas Su’ul khotimah hamba-Nya yang durhaka agar menjadi pelajaran bagi yang masih hidup. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan pelajaran bagi orang-oreang yang berakal.

(SUMBER: Serial Kisah Teladan karya Muhammad bin Shalih al-Qahthani, juz 2 seperti ynag dinukilkan dari Kisah-Kisah Nyata karya Abdul Hamid Jasim al-Bilaly, penerbit DARUL HAQ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar