9.
Merancang Peta Hidup
Dari
National Library aku langsung pulang. Di dalam metro aku memaksakan diri
membaca dengan seksama pertanyaan-pertanyaan yang diajukan nona Alicia dari
Amerika itu. Rasa penasaran mengalahkan perut lapar belum sarapan dan badan
yang terasa meriang. Lembar pertama berisi pertanyaan tentang bagaimana Islam
memperlakukan wanita. Tentang beberapa hadits yang dianggap merendahkan wanita.
Tentang poligami, warisan dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak
asing namun terus menerus ditanyakan. Pertanyaan yang seringkali memang dipakai
oleh mereka yang tidak bertanggung jawab untuk mendiskreditkan Islam. Di Barat
masalah poligami dalam Islam dipertanyakan. Mereka menganggap poligami
merendahkan wanita. Mereka lebih memilih anak puterinya berhubungan di luar
nikah dan kumpul kebo dengan ratusan lelaki bahkan yang telah beristeri
sekalipun daripada hidup berkeluarga secara resmi secara poligami. Menurut
mereka pelacur yang memuaskan nafsu biologisnya secara bebas dengan siapa saja
yang ia suka lebih baik dan lebih terhormat daripada perempuan yang hidup
berkeluarga baik-baik dengan cara poligami.
Untuk semua pertanyaan
tentang bagaimana Islam memperlakukan perempuan aku sudah membayangkan semua
jawaban yang aku akan tulis, lengkap dengan sejarah perlakuan manusia terhadap
perempuan. Sejak zaman Yunani kuno sampai zaman postmo. Aku ingat bahwa para
pendeta di Roma sebelum Islam datang, pernah sepakat untuk menganggap perempuan
adalah makhluk yang najis dan boneka perangkap setan. Mereka bahkan
mempertanyakan, perempuan sebetulnya manusia apa bukan? Punya ruh apa tidak?
Sementara Baginda Nabi sangat memuliakan makhluk yang bernama perempuan, beliau
pernah bersabda bahwa siapa memiliki anak perempuan dan mendidiknya dengan baik
maka dia masuk surga.
Aku tinggal meringkas
jawaban yang telah banyak ditulis para sejarawan, cendekiawan dan ulama Mesir.
Pertanyaan yang berkaitan dengan perempuan aku anggap selesai. Nanti malam akan
aku jawab lengkap dengan data dan dalil-dalil utama dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Hadits yang ditanyakan Alicia yang mengatakan katanya Nabi pernah bersabda
perempuan adalah perangkap setan
AYAT AYAT CINTA Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
110
79 Hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, beliau berkata: Hadits hasan shahih. Juga
diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, Imam Baihaqi dan Thabrani.
adalah
bukan hadits. Itu adalah perkataan seorang Sufi namanya Basyir Al Hafi.
Sebagaimana dijelaskan dengan seksama dalam kitab Kasyful
Khafa. Itu adalah pendapat pribadi Basyir Al Hafi yang kemungkinan
besar terpengaruh oleh perkataan para pendeta Roma. Itu bukan hadits tapi
disiarkan oleh orang-orang yang tidak memahami hadits sebagai hadits. Bagaimana
mungkin Islam akan menghinakan perempuan sebagai perangkap setan padahal dalam
Al-Qur’an jelas sekali penegasan yang berulang-ulang bahwa penciptaan perempuan
sebagai pasangan hidup kaum lelaki adalah termasuk tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Dalam surat Ar Ruum ayat dua puluh satu Allah berfirman:
“Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Jika perempuan adalah
perangkap setan atau panah setan bagaimana mungkin baginda nabi menyuruh
memperlakukan perempuan dengan baik. Bahkan beliau bersabda dalam hadits yang
shahih, “Orang pilihan di antara kalian adalah yang paling berbuat baik
kepada perempuan (isteri)nya.”79 Baginda
nabi juga menyuruh umatnya untuk mengutamakan ibunya daripada ayahnya. Ibu
disebut nabi tiga kali. Ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu!.
Pada lembaran kedua,
Alicia bertanya bagaimana Islam memperlakukan nonmuslim? Bagaimana Islam
memandang Nasrani dan Yahudi? Apa sebetulnya yang terjadi antara umat Islam dan
umat Koptik di Mesir, sebab media massa Amerika memandang umat Islam berlaku
tidak adil? Bagaimana pandangan Islam terhadap perbudakan? Dan lain sebagainya.
Aku
teringat sebuah buku yang menjawab semua pertanyaan Alicia ini. Buku apa, dan
siapa penulisnya? Aku terus mengingat-ingat. Otakku terus berputar, dan
akhirnya ketemu juga. Buku itu ditulis oleh Prof. Dr. Abdul Wadud Shalabi yang
pernah menjadi sekretaris Grand Syaikh Al Azhar, Syaikh Abdul Halim Mahmud. Aku
merasa sebaiknya menerjemahkan buku berjudul Limadza
AYAT AYAT CINTA Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
111
80 Kenapa mereka
takut kepada Islam?
yakhaafunal Islam80
itu ke dalam bahasa Inggris untuk menjawab pertanyaan Alicia.
Supaya Alicia dan orang-orang Barat tahu jawabannya dengan jelas dan gamblang.
Supaya mereka lebih tahu begaimana sebenarnya Islam memuliakan manusia.
Untuk pertanyaan, apa
sebetulnya yang terjadi antara umat Islam dan umat Koptik di Mesir, yang paling
tepat sebenarnya, biarlah umat koptik Mesir sendiri yang menjawabnya. Dan Pope
Shenouda pemimpin tertinggi umat kristen koptik Mesir sudah membantah semua
tuduhan yang bertujuan tidak baik itu. Pope Shenouda tidak akan bisa melupakan
masa kecilnya. Dia adalah anak yatim di sebuah pelosok desa Mesir yang disusui
oleh seorang wanita muslimah. Dan wanita muslimah itu sama sekali tidak memaksa
Shenouda untuk mengikuti keyakinannya. Wanita muslimah itu mengalirkan air
susunya ke tubuh si kecil Snouda murni karena panggilan Ilahi untuk menolong
bayi tetangganya yang membutuhkan air susunya. Adakah toleransi melebihi apa
yang dilakukan ibu susu Pope Shenouda yang muslimah itu?
Dalam sejarah
pemerintahan Mesir, pada tanggal 10 Mei 1911 ada laporan kolonial Inggris ke
London yang menjelaskan hasil sensus di Mesir. Dari sensus penduduk waktu itu
jumlah umat Islam 92 persen, umat kristen koptik hanya 2 persen, selebihnya
Yahudi dan lain sebagainya. Pada waktu itu jumlah pegawai yang bekerja di
kementerian seluruhnya 17.569 orang. Dengan komposisi 9.514 orang dari kaum
muslimin yang berarti 54,69 persen, dan selebihnya dari kaum koptik, yaitu
8.055 orang dan berarti, 45,31 persen. Bagaimana mungkin jumlah umat koptik
yang cuma 2 persen itu mendapatkan jatah 45,31 persen di departemen-departemen
kementerian. Dan umat Islam mesir tidak pernah mempesoalkan komposisi yang
sangat menganakemaskan umat kristen koptik ini. Apakah tidak wajar jika para
pendeta koptik ebih dahulu bersuara lantang menolak tuduhan Amerika sebelum Al
Azhar bersuara?
Ulama-ulama besar dan
terkemuka Mesir tidak pernah menyapa umat kristen koptik sebagai orang lain.
Mereka dianggap dan disapa sebagai ‘ikhwan’ sebagai saudara. Saudara setanah
air, sekampung halaman, sepermainan waktu kecil, bukan saudara dalam keyakinan
dan keimanan. Syaikh Yusuf Qaradhawi
AYAT AYAT CINTA Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
112
menyapa umat koptik dengan ‘ikhwanuna al Aqbath’,
saudara-saudara kita umat koptik. Sebuah sapaan yang telah diajarkan oleh
Al-Qur’an. Al-Qur’an mengakui adanya persaudaraan di luar keimanan dan
keyakinan. Dalam sejarah nabi-nabi, kaum nabi Nuh adalah kaum yang mendustakan
para rasul. Mereka tidak mau seiman dengan nabi Nuh. Meskipun demikian,
Al-Qur’an menyebut Nuh adalah saudara mereka. Tertera dalam surat Asy Syuara
ayat 105 dan 106: ‘Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. Ketika saudara
mereka (Nuh) berkata pada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa?’ Apakah
ajaran yang indah dan sangat humanis seperti ini masih juga dianggap tidak
adil? Kalau tidak adil juga maka seperti apakah keadilan itu? Apakah seperti
ajaran Yahudi yang menganggap orang yang bukan Yahudi adalah budak mereka. Atau
ajaran yang diyakini ratu Isabela yang memancung jutaan umat Islam di Spayol
karena tidak mau mengikuti keyakinannya?
Aku merasa isi buku
Prof. Dr. Abdul Wadud Shalabi harus dibaca masyarakat Amerika, Eropa, dan
belahan dunia lainnya yang masih sering tidak bisa memahami ruh ajaran Islam.
Termasuk juga masyarakat Indonesia. Tapi aku bimbang, apakah aku punya waktu
yang cukup untuk menerjemahkan buku itu. Kontrak terjemahan harus segera aku
tuntaskan. Jakarta sedang menunggu naskah yang aku kerjakan. Proposal tesis
juga harus segera kuajukan ke universitas. Dan kondisi kesehatan yang sedikit
terganggu.
* * *
Metro
yang kutumpangi sampai di Hadayek Helwan pukul dua. Panas
sengatan matahari semakin kurang ajar dan kurang ajar. Aku keluar mahattah dengan
memakai langkah cepat. Di perempatan jalan dekat rental dan toko peralatan
komputer Pyramid Com, aku mendengar seseorang memanggil namaku. Suara
yang tidak terlalu asing. Aku menengok ke kanan, ke arah Pyramid Com.
Seorang gadis Mesir sambil memegang payung berjalan cepat ke arahku. Aku terus
saja berjalan tak begitu mempedulikan dirinya. Sebab udara panas menyengat
muka.
“Hai Fahri, tunggu,
baru pulang ya? Kepanasan? Ini pakai saja payungku nanti kau sakit lagi?”
AYAT AYAT CINTA Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
113
Gadis
Mesir berpipi lesung kalau tersenyum itu telah berhasil mengejar langkahku. Ia
berjalan sejajar denganku dan menawarkan payungnya padaku.
“Sudahlah Maria, kau
jangan berlaku begitu!” sahutku sambil mempercepat langkah. Maria terus
berusaha mengimbangi kecepatan langkahku. Ia berusaha memayungi diriku dari
sengatan matahari. Beberapa orang Mesir yang berpapasan dengan kami melihat
kami dengan pandangan heran. Maria melakukan sesuatu yang tidak biasanya
dilakukan gadis Mesir. Juga tidak akan pernah ada lelaki di Mesir memakai payung
untuk melindungi dari sengatan matahari.
“Maria, please,
hormatilah aku. Jangan bersikap seperti itu!”
Maria menarik payungnya
dan menggunakan untuk melindungi dirinya. Aku heran sendiri dengan perlakuan
puteri Tuan Boutros ini padaku. Mamanya bilang Maria tidak suka didatangi
teman-teman lelakinya. Juga tidak suka pergi atau kencan dengan mereka. Tidak
suka menerima telpon dari mereka. Tidak bisa mesra katanya, tapi kenapa dia
bersikap sedemikian perhatian padaku. Aku merasa ia seolah-olah menunggu kepulanganku
di jalan yang pasti kulewati.
“Janji
sama siapa Fahri, kalau aku boleh tahu?” tanyanya. Aku mempercepat langkah.
Jarak apartemen dan mahattah metro sekitar seratus dua puluh lima meter.
“Sama
teman. Kau panas-panas begini ke Pyramid Com ada apa? Kau ‘kan paling
malas keluar di tengah panas yang menggila seperti ini?” tanyaku tanpa
memandang kepadanya. Itu tidak mungkin kulakukan kecuali terpaksa misalnya
ketika berjumpa begitu saja. Atau reflek menengok karena dia memanggil namaku.
“Terpaksa.
Tinta printku habis. Padahal aku harus ngeprint banyak saat ini.
Sialnya stok Pyramid Com juga habis. Aku mau ke Helwan malas sekali?”
jawabnya dengan nada kecewa.
“Kebetulan tintaku
masih penuh. Baru beli. Pakai saja milikku.”
“Terima kasih Fahri.
Kebetulan sekali kalau begitu. Aku perlu sekali. Kalau aku tahu itu aku tidak
akan capek-capek begini.”
“Kelihatannya kau
sangat sibuk minggu dan banyak tugas minggu ini, Maria?”
AYAT AYAT CINTA Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
114
“Iya, sejak empat hari kemarin aku sibuk mengedit kumpulan
tulisanku yang tersebar di beberapa media selama satu tahun ini. Hari ini juga
harus aku print. Sebab habis maghrib nanti akan diambil Wafa untuk
dimintakan kata pengantar pada Anis Mansour, lalu diterbitkan. Setelah itu
sampai kuliah aktif kembali aku kosong. Ada apa kau tanya seperti itu. Ada yang
bisa aku bantu?”
“Ya. Kalau kau
berkenan. Aku perlu bantuanmu.”
“Apa itu? Kalau aku
mampu, dengan senang hati.”
Aku lalu menjelaskan
pertemuanku dengan Alicia dan segala pertanyaannya. Aku menjelaskan keinginanku
menyampaikan isi buku yang ditulis Prof. Dr. Abdul Wadud Shalabi. Tapi
kelihatannya aku tidak punya waktu yang cukup. Buku itu setebal 143 halaman.
Dan Maria bahasa Inggrisnya sangat bagus. Selama di sekolah menengah ia kursus
di British Council, dan pernah terpilih pertukaran pelajar ke Skotlandia selama
setengah tahun.
“Kapan
dead linenya?”
“Jawaban harus aku
sampaikan pada Alicia hari Sabtu depan. Kalau bisa malam Jum’at sudah selesai
diterjemahkan sehingga aku juga ada kesempatan membacanya?”
“Baiklah. Nanti berikan
buku itu padaku. Aku berjanji Kamis pagi selesai.”
“Thank’s,
Maria.”
“Forget
it.”
Tak terasa kami telah
sampai di halaman apartemen. Aku mempercepat langkah. Aku tidak mau naik tangga
di belakang Maria. Aku harus di depan, aku teringat kisah nabi Musa dan dua
gadis muda pencari air. Nabi Musa tidak mau berjalan di belakang keduanya demi
menjaga pandangan dan menjaga kebersihan jiwa.
Sampai
di dalam flat, Saiful menyambutku dengan segelas ashir mangga. Aku
langsung meminumnya. Rasa segar menjalar ke seluruh tubuh. Aku langsung masuk
kamar dan menyalakan kipas angin. Maria mengirim sms agar tinta dan buku
yang hendak diterjemah segera kusiapkan. Lima menit lagi ia akan menurunkan
keranjang. Aku langsung mencari buku itu di rak. Ketemu. Jendela kubuka. Angin
panas masuk serta merta. Maria telah menunggu dengan keranjang
AYAT AYAT CINTA Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
115
kecilnya.
Tinta dan buku kumasukkan ke dalamnya. Dan ia mengangkatnya. Aku langsung
shalat dan istirahat sampai ashar tiba.
* * *
Mishbah
pulang dari Nasr City jam enam sore. Ketika aku sedang asyik membaca beberapa
buku untuk menjawab pertanyaan Alicia. Ia membawa pesan dari Nurul yang secara
tidak sengaja bertemu di depan Wisma agar aku menelpon dia sebelum maghrib
tiba. Kembali Rudi menggodaku, “Tidak salah lagi. Pasti ada sesuatu. She is
the true coise!” Aku beristighfar dalam hati. Semoga Allah melindungi dari
godaan setan yang terkutuk yang menyesatkan manusia dengan berbagai macam cara.
Dalam hati aku menegaskan, aku tidak akan menelponnya.
Setengah
tujuh telpon berdering. Dari Nurul. Ia minta padaku agar ke rumah Ustadz Jalal,
katanya Ustadz Jalal ingin minta tolong dan membicarakan sesuatu yang penting
padaku. Kukatakan minggu ini aku tidak bisa. Ia bilang tidak apa-apa, tapi
minta diusahakan kalau ada kesempatan langsung ke sana. Ustadz Jalal masih ada
hubungan kerabat dengan Nurul, meskipun agak jauh. Mereka bertemu di ayah kakek
alias buyut. Sudah lama aku tidak bertemu Ustadz Jalal. Beliau dosen Fakultas
Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga yang mengambil S3 di Sudan, dan selama menulis
disertasi doktoralnya beliau tinggal di Kairo bersama isteri dan ketiga anaknya.
Aku akrab dengan beliau dimulai sejak kami umrah bersama dua tahun yang lalu.
Kami mengarungi laut merah untuk mencapai Jeddah dengan kapal Wadi Nile. Saat
itu beliau baru setengah tahun di Cairo. Anak beliau baru dua. Anaknya yang
bungsu lahir di Cairo tujuh bulan yang lalu. Apa yang beliau inginkan dariku?
Apakah beliau akan meminta tolong untuk ikut mentakhrij hadits lagi? Aku
tak tahu pasti. Jawabnya adalah ketika aku bertemu dengannya. Sebenarnya yang
membuatku sedikit heran, kenapa Ustadz Jalal tidak langsung menelponku, kenapa
berputar lewat Nurul. Benar, rumahnya tidak ada telponnya, tapi dia tentunya
bisa menelpon lewat Minatel yang tersebar di setiap sudut kota Cairo. Keadaan
dan jalan berpikir seseorang terkadang memang susah dimengerti.
Usai
mengangkat telpon aku tidak meneruskan pekerjaanku sebelumnya, yaitu membaca.
Tapi aku merasa perlu meninjau kembali planning bulan ini. Utamanya
adalah minggu yang sedang aku jalani ini. Aku melihat jadwal keluar
AYAT AYAT CINTA Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
116
rumah. Ada lima kegiatan. Kurasa harus aku pangkas semua. Aku
harus istirahat dan mengejar terjemahan. Pengajian ibu-ibu KBRI hari Selasa.
Pembanding dalam diskusi yang diadakan FORDIAN, Forum Studi Ilmu Al-Qur’an, di
Buuts, hari Rabu pagi. Pergi ke warnet. Dan rapat Dewan Asaatidz Pesantren
Virtual, di mahattah Shurthah, Nasr City, Kamis malam Jum’at. Semuanya
harus aku batalkan. Yang perlu pengganti harus aku carikan ganti. Bahkan untuk talaqqi
pada Syaikh Utsman hari Rabu aku ingin izin, sekali ini. Aku benar-benar
ingin di rumah minggu ini, menghindari perjalanan panjang yang membuat
ubun-ubun terasa mendidih.
Sore itu juga aku
telpon takmir masjid Indonesia yang mengurusi pengajian ibu-ibu KBRI agar
mengganti jadwalku dan memundurkan satu bulan ke belakang. Pada koordinator
FORDIAN aku minta diganti, kutawarkan sebuah nama. Pada Gus Ochie El-Anwari
sang penggagas rapat Dewan Asaatidz aku minta izin, aku sampaikan beberapa ide
dan pokok pikiran yang mengganjal di kepala. Setelah semua beres aku merasa
lega. Langsung kusambung dengan menulis jawaban atas pertanyaan Alicia seputar
Islam dan Perempuan. Aku hanya istirahat untuk shalat, makan malam, dan minum
air putih. Tekadku bulat harus tuntas malam ini. Tak ada bedanya dengan membuat
karya ilmiah. Jawaban dengan bahasa Inggris itu selesai juga. Tepat pukul tiga
malam. Dengan bahasa Inggris. Setebal empat puluh satu halaman spasi satu
Microsoft Word, Times New Roman, Font 12. Seandainya tidak memakai bahasa
Inggris kurasa pukul satu malam sudah selesai. Beberapa kali aku harus membuka
kamus Al Maurid untuk sebuah kosa kata yang aku kurang yakin ketepatannya.
Sejak itu aku tidak
keluar rumah kecuali untuk shalat berjamaah. Waktuku habis di dalam kamar, di
depan komputer. Aktifitasku adalah menerjemah, menyelesaikan proposal, sesekali
makan, ke kamar mandi dan tidur. Hari Selasa sore Maria memberi tahu buku Prof.
Dr. Abdul Wadud Shalabi telah selesai ia terjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Hanya saja ia tidak berani menerjemahkan hadits dan ayat suci Al-Qur’an takut
salah. Maria memberikan disket berisi terjemahannya. Kekurangannya kutambal.
Jawabanku dan hasil terjemahan Maria langsung aku print dan ketika shalat
shubuh aku berikan kepada Syaikh Ahmad untuk diperiksa. Kebetulan bahasa
Inggris beliau bagus tidak seperti Imam masjid
AYAT AYAT CINTA Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
117
81 Pepatah Arab
terkenal, artinya: “Siapa bersungguh-sungguh dia mendapat!”
lainnya.
Beliau bahkan pernah diutus oleh Al Azhar ke Australia untuk menjadi Imam di
masjid Malik Faishal yang terletak di Common Wealth Street, Surry Hills, Sidney
selama satu tahun. Aku jelaskan pada beliau pertemuanku dengan Miss. Alicia
dari Amerika dan kapan jawaban itu harus aku serahkan. Aku ingin beliau mengoreksi
dengan seksama. Beliau sangat senang dengan apa yang aku lakukan. Beliau
menjanjikan malam Jum’at ba’da shalat Isya bisa aku ambil sehingga bisa diedit
lagi dan diprint ulang.
Kekejaman pada diri
sendiri untuk bekerja keras menampakkan hasilnya. Hari Jum’at terjemahan
selesai. Tinggal menunggu diedit saja. Proposal tesis juga selesai, siap untuk
diajukan ke tim penilai. Jika layak nanti pihak fakultas akan mencarikan
promotor yang sesuai. Dan jawaban untuk semua pertanyaan Alicia yang telah
dikoreksi dan diberi tambahan Syaikh Ahmad sudah aku print, aku fotocopy
dan aku jilid jadi empat. Untuk Alicia, untuk Aisha, untuk Maria, dan untuk
arsip pribadiku. Aku menatap peta hidup bulan ini. Aku tersenyum penuh rasa
syukur. Kukatakan pada diriku sendiri, “Man jadda wajad!”81
Aku
merasa bersyukur kepada Allah yang mengilhamkan untuk merubah strategi perangku
minggu ini. Memang terkadang kita harus kejam pada diri sendiri. Dan sedikit
tegas pada orang lain. Aktifitas yang penting tetapi tidak terlalu penting bisa
dibuang atau di-pending.
* * *
Ketika
aku mengambil naskah yang dikoreksi Syaikh Ahmad, beliau bercerita sedikit
tentang Noura. Gadis innocent itu senang di Tafahna. Kebetulan satu hari
sebelumnya, Ummu Aiman, isteri Syaikh Ahmad menjenguk ke sana. Syaikh Ahmad
sedang melacak sebenarnya siapa Si Muka Dingin Bahadur itu. Apakah benar
ayahnya atau bukan? Syaikh Ahmad mendapatkan informasi Noura dilahirkan di
klinik bersalin Heliopolis. Bagaimana sejarahnya Noura bisa terlahir di klinik
elite di kawasan elite itu? Syaikh Ahmad sedang menyelidikinya dengan bantuan
Ridha Shahata, sepupunya yang menjadi staf intelijen Dewan Keamanan Negara atau
yang disebut “Mabahits Amn Daulah”. Aku yakin tak lama lagi Noura kembali
hidupnya yang penuh ketenteraman. Sebelum aku pulang beliau
AYAT AYAT CINTA Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
118
menyerahkan
sepucuk surat kepadaku, beliau bilang, “Surat ini yang membawa Ummu Aiman, dari
Noura, katanya ucapan terima kasih padamu!”
Inilah
untuk pertama kalinya aku mendapatkan surat dari orang Mesir. Asli. Dari gadis
Mesir lagi. Meskipun cuma ucapan terima kasih. Aku penasaran ingin tahu
kata-kata apa yang ditulis oleh gadis innocent itu. Seperti apa
tulisannya. Ingin rasanya kubuka seketika itu, tapi pada Syaikh Ahmad aku
merasa malu. Kumasukkan surat itu begitu saja ke dalam saku.
AYAT AYAT CINTA Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman
Saerozi 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar